Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara tegas membantah narasi yang menyebut perekonomian Indonesia berada dalam kondisi “gelap” atau suram. Pernyataan ini disampaikannya dengan menekankan sejumlah indikator makroekonomi yang justru menunjukkan tren positif. Dalam paparannya, Prabowo merujuk pada data resmi yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai dasar argumennya. Bantahan ini penting untuk meluruskan persepsi publik dan memberikan gambaran yang faktual atas capaian yang telah diraih. Prabowo menegaskan bahwa pemerintahannya konsisten memprioritaskan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta menolak segala bentuk pesimisme yang tidak didasarkan pada data empiris.

Membantah tudingan ekonomi gelap, Prabowo secara spesifik menyoroti dua indikator kunci: angka pengangguran dan kemiskinan absolut. Data BPS yang dirilis belakangan ini menunjukkan penurunan yang signifikan pada kedua angka tersebut. Penurunan tingkat pengangguran mengindikasikan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang terserap dalam dunia usaha, mencerminkan daya tahan dan kemampuan penciptaan lapangan kerja di tengah tantangan global. Sementara itu, penurunan angka kemiskinan absolut menjadi bukti nyata bahwa program-program bantuan sosial dan perlindungan ekonomi pemerintah mulai menyentuh lapisan masyarakat yang paling membutuhkan.
Istilah Ekonomi Gelap Yang Sedangr Ramai di Indonesia
Istilah “ekonomi gelap” yang dibantah oleh Prabowo seringkali mengacu pada pandangan pesimis yang mengabaikan kemajuan riil yang terjadi di lapangan. Narasi semacam ini biasanya hanya berfokus pada masalah dan tantangan, tanpa melihat upaya sistematis dan hasil yang dicapai. Dengan menyitir data BPS, Prabowo ingin mengajak seluruh elemen bangsa untuk melihat potret ekonomi Indonesia secara lebih objektif dan komprehensif. Data statistik resmi menjadi senjata utama untuk melawan narasi negatif yang dapat mempengaruhi kepercayaan investor dan sentimen pasar.
Lebih lanjut, upaya Prabowo membantah klaim ekonomi gelap ini bukan sekadar retorika politik. Di balik angka penurunan pengangguran dan kemiskinan, terdapat kerja keras dari berbagai kebijakan strategis pemerintah. Mulai dari percepatan pembangunan infrastruktur, dukungan kepada UMKM, optimalisasi program padat karya, hingga distribusi bantuan sosial yang tepat sasaran. Semua langkah ini dirancang untuk mendorong perputaran ekonomi di level akar rumput dan menciptakan multiplier effect yang positif, yang pada akhirnya tercermin dalam data statistik yang membaik.
Dampak dari pernyataan Prabowo yang membantah ekonomi gelap ini diharapkan dapat memulihkan optimisme nasional. Keyakinan publik terhadap kondisi perekonomian adalah modal sosial yang sangat berharga untuk mendorong konsumsi dan investasi. Ketika masyarakat percaya bahwa ekonomi berada pada track yang benar, semangat untuk berusaha dan berkonsumsi akan meningkat, yang pada gilirannya akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, komunikasi pemerintah yang didukung data yang akurat menjadi krusial dalam membangun narasi positif.
Pada akhirnya, pernyataan Prabowo yang membantah ekonomi gelap dengan bukti penurunan angka pengangguran dan kemiskinan menjadi penegasan bahwa fondasi ekonomi Indonesia tetap kuat. Pemerintah menyadari masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, namun kemajuan yang telah dicapai tidak boleh diabaikan. Ke depan, komitmen untuk terus bekerja, memperbaiki setiap celah, dan menyampaikan kemajuan secara transparan akan menjadi kunci untuk terus mematahkan segala bentuk